read and enjoyed

let's share..

3/20/2010

Divorce

aku menatapnya lagi, dan aku terus memperhatikannya. dengan diam tanpa ada gerakan apapun. mataku hanya terarah pada benda itu. tiba-tiba setetes air terjatuh di atasnya. dan terus bertambah sampai benda itu basah. ku hapus air yang terus mengalir di mata ku. berusaha untuk mengatur nafas dan menghentikan tangis ku. tapi aku tidak bisa, air mataku turun semakin deras.
aku meletakan foto kedua orang tua ku di atas pangkuan ku. Ku pejamkan kedua mataku, dan ku mulai bercerita pada hati ku.

Sejujurnya, tak ada 1 anak pun yang menginginkan perpisahan kedua orang tuanya. sesungguhnya, tak ada 1 keluarga pun yang menginginkan sebuah perpecahan. tapi takdir berkata lain, dan sesungguhnya sangat ku sesali takdir itu. karena jalannya keluar dari diri ku sendiri.
Broken Home, itu adalah julukan yang keren untuk aku dan kedua adik ku. Gelar itu sangat membuat ku risih dan mengguncangkan hidup ku. aku sangat membenci kata itu, dan aku sangat murka terhadap semua hal yang bermakna CERAI. apa yang bisa ku lakukan sekarang, menangis, merindukan semua yang telah usang. lalu apa yg ku perbuat dahulu, memutuskan sesuatu yang seharusnya tidak ku lakukan. tapi apakah aku benar-benar salah membiarkan kedua orang tua ku berpisah. apakah aku terlalu ceroboh dalam mengambil keputusan?
perpisahan kedua orang tua ku atas persetujuan ku, tanpa itu belum tentu mereka akan berpisah. berarti semua kejadian ini letaknya adalah pada diri ku, perbuatan ku, kesalahan ku.

Ku ceritakan semua yang ku fikirkan, dan ku alami. ku katakan sejujurnya apa yang aku rasakan. dan mungkin itu akan membuat kaliah lebih mengerti, siapa aku atau kami anak-anak mu yang mengalami perpecahan keluarga.
aku membiarkan kedua orangtua ku berpisah, aku membiarkan salah satu dari mereka mengangkat cinta mereka pada pengadilan. aku membiarkan kedua orangtua ku terpecah dari keluarga yang sangat-sangat aku cintai. yang ku lakukan memang salah, dan mungkin bodoh. tapi yang kulakukan hanyalah untuk membahagiakan kedua orang tua ku. Hidup ku adalah untuk membahagiakan mereka. dan aku tidak ingin melihat mereka tersakiti. aku tidak ingin mereka menderita dalam keadaan yang tak lagi mereka sukai. aku ingin mereka bisa merasakan kenyamanan dan kebahagiaan hidup yang selama ini terbungkam. meskipun itu harus mengorbankan perasaan, mental, cinta, ku dan kedua adik-adik ku. salah kah aku bila aku memikirkan hal itu? mungkin bagi kalian aku bodoh, tapi bagi ku aku akan sangat lebih bodoh jika membiarkan kedua orang tua ku terus menangis menahan beban dalam kisah yang tak lagi mereka inginkan.
Dan kini yang ku rasakan beban adalah, aku harus membuat kedua adik ku senang. memberikan kasih sayang yang sama seperti yang slelalu mereka rasakan dengan ibu ku. aku hanya seorang anak remaja yang masih berusaha untuk dapat mengontrol emosi ku, yang masih merasa memiliki dunia funtasi sendiri tanpa ingin ada gangguan. yang senang bermain dan berkecimbung dengan teman-teman ku. tapi kini, aku harus bisa mengurangi itu semua. aku harus mengerjakan apa yang sudah menjadi tanggung jawab ku. menjaga dan mendidik adik-adik ku juga menjadi urusan ku, itu resiko dari perbuatan ku. dari apa yang telah ku putuskan untuk kehancuran keluarga ku. aku selalu berusaha memberikan senyuman kepada ke dua adik ku, tapi usaha ku sangat terbatas karena kemampuan ku. apa daya ku, aku bukan seorang ibu yang mengerti dan memiliki waktu banyak untuk mengurus anak. mungkin aku mampu, tapi waktu belum menjadikan ku berdaya seutuhnya. dan saat aku lelah menghadapi ke dua adik ku, saat aku tak kuasa menahan segala tekanan yang menghadang ku. aku selalu menangis dan merindukan ibu ku. aku selalu marah pada keadaan, mengapa harus begini? tapi aku tidaklah menyesali keputusan ku, itu semua demi kebahagiaan kedua orang tua ku.

sungguh, ini sangat membuat ku terpukul, sangat mengguncang dunia ku, menghancurkan semua mimpi yang aku miliki. belum lagi jika setiap malam, sebelum tidur. aku menyaksikan adik kecil ku menangis. meskipun dia berusaha menutupi tangisan itu dan memberikan senyuman manis sesudahnya, lalu berkata 'aku tidak apa-apa. jangan kakak pandang aku. mataku hanya lelah dan mengantuk'. meskipun dia berusaha menutupi apa yang dia rasa, tapi aku tau. aku mengerti apa yang dia rasakan. dan hal itu adalah keadaaan yang paling membuat aku terpukul. membuat aku sangat tak berdaya, melebihi saat aku mengetahui bahwa orang tua ku resmi berpisah.

aku tak lagi sekuat dulu. masalah ku mungkin tak seberapa untuk ku, tapi kekuatan ku tak cukup untuk menahannya. itu yang membuat ku merasa sangat lelah. kekuatan dari kedua orangtua ku, kekuatan cinta ibu dan ayah ku yang kian hari kian memudar karena keadaan. tak lagi aku resapi dalam jiwa ku. lalu apa yang dapat membuat ku terus mampu berdiri? cobaan hidup semakin banyak, lalu kekuatan ku semakin menghilang....



Ku buka kedua mata ku, ku hirup seluruh udara yang berada di sekeliling ku. ku usap wajah ku yang sudah habis berbasah air mata. dan ku bisikan sebuah kata manis dari bibir ku..

Tuhan tolong aku..





NB : Ku ceritakan kisah ini, hanya untuk membuat kalian tersadar. membuat semua orang tua mengerti betapa anak-anak mu, sangat mencintai kalian. bahwa kami rela berkorban apapun demi kalian. dan cobalah mengerti keadaan kami. ukurlah seberapa mampu kami menahan sebuah hadangan. ketahuilah bahawa kami hanya seorang anak yang belum kokoh seperti kalian.
perpisahan bukanlah hal yang kami inginkan, tapi itu semua kami lakukan untuk kebahagiaan kalian. dan cobalah mengerti, bahwa pengorbanan itu sangatlah menyakitkan untuk kami. kalian adalah keluarga yang paling kami cintai. tak ada lagi kehangatan dan cinta yang sangat luar biasa, selain bersama kalian di sisi kami.
lenyapkanlah ke egoisan itu. coba bayangkanlah jika kalian seperti kami. rasakan dengan hati yang paling dalam. sesungguhnya kami tidak ingin membebani kalian, dan sesungguhnya kami ingin kalian tahu bahwa hidup kami adalah untuk kalian. kami sangat mencintai Ayah dan Ibu.